GamePuisi-6
Sapa yang Hilang
Oleh : Davina Rahmayla Sugiyarto
Di tepian batu karang
Kuberdiri tak berdaya
Mencoba kembali
Menata serpihan hati
(Di)perjalanan ini
Rindu belum bersua jalan pulang
Hanya sekelumit kebencian tiada terpatri
Namun biarkan saja
Tak perlu diungkit rahasia hati
Tak ada suara dalam gemercik buihbuih lautan
Biarkan saja semua itu milikmu
Ada tanya dalam hati
Kemana kau bawa seluruh cinta
Disini aku menanti cintamu yang dulu
Menanti dan terus menanti
Menanti sapa yang telah hilang
Hilang dalam lautan tak pasti
****
Cimahi, 15 September 2014
======================================
Bayang Bayang Hitam
Oleh: Fika AJ
Dahulu pagi
diantar pesona meneduhi bilik hati
Dahulu mewarni
pelangi di netra sepi
lalu kau melirik pergi
muak tatapi aku di sini
kini sebatas hitam putih abu abu
terpatri pada kanvas ilusi
Aku bayang-bayang hitam
tertunduk lemah oleh rona mega
mengecil
terpencil
terhempas pada ujung petang,
di sisi tepi a-s-a
detakdetik mengitung malam
Kau terbenam
Aku tenggelam
;kita kelam
****
Sijunjung, 15 September 2014
=========================================
Bayang Kenangan
Oleh: Arbainah
Di sini
Di tepian karang ini
Terukir akhir kisah dua hati
Laut
Langit
Semesta
Menjadi saksi
saat terakhir
Perpisahan menuju alam abadi
Cukup sudah..
cukup debur ombak yang membawa raganya pergi
Maka angin...
Jangan pula kau terbangkan sisa bayangnya ini
Biarkanlah...
Biarkanlah seraut senyum itu temaniku di sini
Agar 'ku tak semakin terpuruk dalam sepi
****
Banjarmasin, 15 September 2014
===========================================
Anugrah?
Oleh: Abu-Abu Kelam
Deru ombak menyayat hati
Sendiri dalam sepi
Kumengadu pada karang
Tentang; Lamunan masa lalu
Rupa cinta sang kasih
Lama hilang dalam hati
Pergi?
Menjauhi diri
Rindu!
Apakah ini rindu?
Pada cinta masa lalu
Cinta!
Apakah itu cinta?
Hanya kau yang menyuka
Sedang sang kasih ke lain hati
Kini
Ku menanti
ANUGRAH cinta sejati?
****
Makassar 15 September 2014 (Curhatan Abu-Abu)
===========================================
saksi kerinduan
oleh: Shofi Ayunin Tias
tunduk ku saksikan gelombang lautan
layang bebas angan berkembang
tuju satu poros penamaan
;KERINDUAN
silam..
Bersama gelora cantik(mu)
(ku)berdiri
sisiri pasir tepian ini
kini
mata basahi
hanya bayang(mu) hampiri
ragamu ilusi
;peluk bumi
;MATI
***
Pandaan, 150914.
================================================
Saat Rindu Sapa Waktu
Oleh: Adzkia Samha
Di sini di ujung sepi ini kumengeja rindu yang tak terbaca, hanya tertulis diserpihan hati yang telah m-a-t-i
Ada seribu mimpi telah pergi meninggalkan sekeping hati yang terluka karena rindu yang kumiliki tak lagi milikmu
Hanya aksara tanpa nyata yang hadir dalam bayang-bayang nostalgia menjadi dilema dalam gundah
Engkau yang bernama kasih tak pernah ku temui lagi dalam hakikat cinta
Aku menjadi dendam kepedihan menatap sang surya dalam getir kerinduan
Aku menjadi nama tanpa arti saat sukma tentangmu tak lagi ku temukan di jejak-jejak kehidupan engkau telah hilang di antara a-s-a yang tenggelam
bersama rentang waktu yang kian jauh
Meninggalkan aku dengan rindu meng (hancur) kan
*****
Palembang 15092014
=================================================
Niskala Rupa
Oleh: Prameita Sari
Dermaga membawa berita
Berkisah tentang duka
Tersisip di buku-buku luka
Karena cinta yang merana
Pernah kita lalui satu masa
Di mana hanya ada nama kita
Sejajar meski tak sama
Bercerita walau tak sekata
Kau: niskala rupa dalam ingatan
Lesap dari alur kenangan
Kutabuh genderang Siwa
Pancangkan Trisula; putuskan nyawa
Menarikan tarian mudra
Rapal mantra-mantra
****
Yogyakarta, 15 September 2014
==============================================
Camar Rindu Itu Aku
Oleh: Liiskaa Kharismahadi
Camar kecil memekik kesakitan
Setiap teguk air yang ia minum
Berisikan air mata rindu
Tak terhitung lamanya waktu tuk menetes
Sebab jarak
Memisahkan persinggahanmu dengan sangkarku
Lelah namun terus melaju
Kala senja datang
Samudera membiaskan wajahmu menatapku pilu
Lirih mengingat tentang jarak
Duhai kekasih
Tak usah risau
Setiap helaian nafas yang 'ku hembus
Itulah pertanda
Bahwa aku ada untuk menantimu
***
[Cirebon, 15 september 2014]
=========================================
Berkaca pada Dosa
Oleh: Rahmat Suardi / MataWana
Sahaja dia berkata baik
Padahal banyak dusta di dalamnya
Coba dia bertengok pada alam
Banyak mengugurkan cobaan
Seperti kata Tuhan-Mu
Jiwa mana berputih bersih
Surga jaminan tak terkira
Sisa kau pilih sahaja
Nabi-Mu bersabda hingga ujung hayat
Kebaikan-kebaikan bermuara kebaikan-kebaikan pula
Tak ada cerita berdosa-dosa makhluk
Berhadiah Firdaus
Bertengoklah pada mati
Periksa dosa yang akan kau bawa
Tak ada pengulangan hidup
Penyesalan sungguh bukan jalan keluar
Berkacalah pada congkak Firaun
Mengaku Tuhan padahal lemah
Bercerminlah pada Dajjal
Dia laksana pencipta (mengakunya)
Padahal dia dusta
Jalan-Nya sebaik-baik jalan
Tak ada ragu-ragu menyertai
Sewaktu nyawa di kerongkongan
Lailaha Illallah bergerak di jiwa
==========================================
Pemangsa Ombak Kenangan
Oleh: Ardini N. Wijaya
Semburat melengkung, menyungging senyum
Teruslah begitu, Dik, itulah akhir pelipur laraku
Jangan takut pias menyentuh wajah
Kerna asin kehidupan tiada mampu menyentuh cintamu yang ranum
Cinta biru yang memilih buihnya sendiri
Di sini, dalam kesendirian menyepi
Ingin kuingat seluruh garis wajahmu, leluk dan kharisma menyatu
Agar jika sepoi berpaling
Aku masih memiliki tempat yang menyimpan namamu
Di mana setiap minggu datang, sore melambai senja, gembira
Kita bersama, sewaktu kecil
Kuharap itu mengubah cinta untuk dewasa
Takut, menunduk
Bertengkar dengan biru bergerak
; ombak pemangsa ken(angan)
Bagaimana jika gemuruhnya mampu merobek telingamu?
Lantas hasilkan lara mengalir dari netramu?
Putuskan pergi yang tak pernah sanggup kujalani
Remaja membawamu pada cinta dia
Lelaki iman akhirat juga dunia
Terbengkelailah aku, sang teman kecil
Yang mencinta dan tiada berhasil
****
Jakarta, 15 September 2014.
============================================
by. Du-Dek